Posted by : HIMAPPTA May 08, 2016



Kerajaan Pajang 
 
Kerajaan Pajang didirikan oleh Adiwijaya yang menduduki tahta Pajang dengan memindahkan kebesaran Kerajaan Demak ke Pajang memerintah dari th 1568-1582 M. menjadikan Demak sebagai salah satu Kadipaten, mengangkat Aryo Pangiri, putra Pangeran Prawoto sebagai Adipati Demak.

Sebagai penguasa Pajang, Adiwijaya mendapatkan pengakuan dari Sunan Giri dan para Adipati di Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Sutawijaya, putra Ki Ageng Pemanahan diangkat sebagai anak angkat Sultan Adiwijaya dan menjadi saudara putra mahkota, Pangeran Benowo. Sutawijaya adalah pemuda yang sangat ahli dan cakap dalam bidang militer dan peperangan. Ketika Ki Ageng Pemanahan meninggal th 1575 M, Sutawijaya diangkat sebagai Adipati Mataram.

Th 1582 M Sultan Adiwijaya wafat, seharusnya digantikan Pangeran Benowo, namun Arya Pangiri menyingkirkannya dan ia naik tahta menjadi Sultan Pajang (1582-1586 M). pangeran Benawa hanya dijadikan adipati Jipang.

Ketika menjadi Sultan, tindakan Aryo Pangiri sangat meresahkan karena menyita sepertiga sawah rakyat untuk diberikan kepada para pengikutnya dari Demak. Tindakan ini menimbulkan usaha-usaha perlawanan, kesempatan ini digunakan oleh Pangeran Benowo menghimpun kekuatan. Menjalin kerjasama dengan saudara angkatnya Sutawijaya yang telah menjadi adipati Mataram. Dalam sebuah serangan Aryo Pangiri dengan mudah dapat dikalahkan Pangeran Benowo dan Sutawijaya th 1586 M.


Pangeran Benawa tidak mau membunuh Aryo Pangiri dan hanya menyuruhnya kembali ke Demak. Beliau yang lebih berhak menduduki tahta Pajang, menyerahkannya pada Sutawijaya. Pangeran Benowo menyadari bahwa dirinya tidak mampu mengendalikan pemerintahan, menjamin keamanan dan mempertahankan kekuasaan Pajang yang sangat luas. Sutawijaya menerima tawaran saudara angkatnya. Sejak saat itu segala kebesaran Pajang dipindahkan ke Mataram.



Kerajaan Mataram Islam 
 
Setelah menerima kekuasaan dari Pangeran Benowo, Sutawijaya memindahkan ibukota ke Kotagede yang terletak di sebelah Tenggara Kota Yogyakarta, nama Kerajaan-pun berubah menjadi Mataram. Dan Sutawijaya menjadi Sultan Mataram dengan gelar Panembahan Senopati Ing Alaga Sayidin Panatagama Kalifatullah, artinya Sultan yang sekaligus sebagai panglima perang dan pemimpin agama.

Masa pemerintahan Panembahan Senopati diwarnai berbagai konflik, karena para adipati yang tidak bersedia mengakui kekuasaan Sutawijaya sebagai Sultan. Seperti ; Surabaya, Ponorogo, Madiun, Kediri, dan Pasuruan, yang ingin melepaskan diri dari Mataram. Dan peperangan-pun terjadi terus menerus. Pertempuran paling sengit terjadi antara Mataram dan Surabaya th 1586, yang akhirnya dapat dihentikan berkat bantuan Sunan Giri. Mataram gagal menaklukkan Surabaya, meski harus mengakui kekuasaan Sutawijaya. Sementara Demak, Ponorogo, Madiun, Kediri dan Pasuruan berhasil di taklukkan sehingga wilayah Mataram masih cukup luas. Bahkan Cirebon dan Galuh berhasil di kuasai pada th 1595 M.

Panembahan Senopati wafat th 1601 M, digantikan putranya Mas Jolang yang bergelarSultan Anyokrowati. Pada masa pemerintahannya timbul pemberontakan dari Pangeran Puger di Demak th 1602-1605 M dan Pangeran Jayaraga di Ponorogo th 1608. kedua pemberontakan itu dapat dipadamkan. Pemberontakan di Surabaya th 1612 belum dapat di padamkan sampai Sultan Anyokrowati wafat th 1613 dalam pertempuran di daerah Krapyak, sehingga ia lebih dikenal dengan sebutan Panembahan Seda Krapyak.

Pengganti Mas Jolang adalah Mas Rangsang yang bergelar Sultan Agung Senopati ing Ngalaga Ngabdur Rahman. Beliau lahir th 1591, artinya menjadi sultan di usia 22 th. Sultan Agung melanjutkan cita-cita leluhurnya mewujutkan kekuasaan meliputi seluruh pulau Jawa.

Th 1614 M, Sultan Agung menaklukkan daerah-daerah di pesisir Utara Jawa. Bala tentaranya berhasil menguasai Lumajang, Pasuruan, Kediri, Pajang, Lasem, Surabaya, Madura, dan Sukadana/ Kalimantan. Sedang Cirebon dan Banten belum bisa dikuasai secara penuh. Namun karena Cirebon dan Banten bekas wilayah Demak, Sultan Agung sebagai penerus Kerajaan Demak merasa berhak atas kedua wilayah itu. Dengan demikian tinggal Batavia/ Sunda Kelapa yang belum ditaklukkannya.

Th 1628 dan 1629 M, Sultan Agung menyerang Batavia, namun mengalami kegagalan karena bala tentaranya kekurangan makanan akibat persediaan makanan telah dibakar orang-orang Belanda.

Setelah itu Sultan Agung mengalihkan perhatian untuk memajukan kehidupan rakyatnya. Bidang pertanian mengalami kemajuan pesat. Th 1633 M, Sultan Agung menciptakan tarikh Jawa-Islam berdasarkan perhitungan bulan dimulai pada 1 Muharam 1043 H. berhasil menyusun karya Sastra Gending yang berisi ajaran Filsafat mengenai kesucian jiwa, menyusun buku undang-undang pidana dan perdata yang diberi nama Surya Alam.

Dalam bidang system pemerintahan, Mataram dibagi dalam ;
  • Kutanegara, merupakan pusat kraton. Pelaksananan pemerintahan dipegang oleh Patih Lebet (Patih Dalam) yang dibantu Wedana Lebet.
  • Negara Agung, merupakan daerah di sekitar Kutanegara. Dalam pelaksanaan pemerintahan dipegang oleh Patih Jawi (Patih Luar) yang dibantu Wedana Jawi.
  • Mancanegara, daerah diluar Negara Agung. Dipimpin oleh para Bupati.
  • Pesisir, daerah yang dipimpin oleh para Bupati dan Syah Bandar.
Sultan Agung wafat th 1645 M dan dikenang sebagai raja yang terbesar karena dapat membawa Mataram Islam mencapai jaman keemasan.




Kerajaan Cirebon

Menurut sumber - sumber Portugis, pendiri Kesultanan Cirebon adalah Fatahillah / Falatehan. Dengan seizin Sultan Demak, beliau pergi ke Banten menyebarkan agama Islam di Banten dan sekitarnya. Setelah menetap di Banten, mendirikan Kesultanan Cirebon th 1552. menikah dengan putri Demak yang juga putri Cirebon, putri Sunan Gunung Jati.

Berdasarkan Tjarita Tjaruban (Cerita Caruban), Kesultanan Cirebon didirikan oleh Syarif Hidayatullah, salah seorang cucu Raja Pakuan Pajajaran. Naik tahta th 1482 M, sekembaliannya dari Mekkah. Sebagai cucu raja berhak mengembangkan kekuasaan di Cirebon.

Selain sebagai sultan Cirebon Syarif Hidayatullah juga dikenal sebagai salah seorang wali. Beliau mendapatkan persetujuan para wali, terutama Sunan Ampel untuk menyebarkan agama di Jawa Barat. Oleh karenanya beliau kemudian lebih dikenal dengan nama Sunan Gunung Jati.

Syarif Hidayatullah wafat di Cirebon dan di makamkan di bukit Gunung Sembung, tidak jauh dari bukit Gunung Jati. Untuk melanjutkan pemerintahannya di Cirebon, Syarif Hidayatullah mengangkat putranya, Pangeran Pasarean. Sultan inilah yang menurunkan raja-raja Cirebon selanjutnya.

Th 1679 M Cirebon terpaksa dibagi dua ; Kasepuhan dan Kanoman, waktu itu VOC sudah bercokol kuat di Batavia. Dengan politik De Vide at Impera

Kesultanan Kanoman dibagi dua ; Kasultanan Kanoman dan Kacirebonan. Dengan demikian Cirebon menjadi tiga ; Kasepuhan, Kanoman dan Kacirebonan. Akhir abad 17 Cirebon berhasil dikuasai VOC.



Kerajaan Banten 
 
Kesultanan Banten dirintis oleh Nurullah th 1525 atas persetujuan Sultan Demak. Nurullah adalah seorang muslim yang saleh dan cakap dalam bidang politik sehingga diharapkan dapat membendung pengaruh Portugis yang berambisi untuk menguasai pelabuhan-pelabuhan di Jawa Barat.

Th 1522, Portugis telah menandatangani perjanjian dengan Pakuan Pajajaran untuk mendirikan Benteng dan kantor dagangnya di Sunda Kelapa. Namun sebelum hal itu diwujutkan, Nurullah berhasil merebut Sunda Kelapa dari Pajajaran dan mengalahkan tentara Portugis th 1527. atas kemenangannya, Nurullah diberi gelar Fatahillah (Kemenangan Allah) oleh Sultan Trenggono. Dan Sunda Kelapa diganti dengan Jayakarta, yang artinya kota kemenangan.

Dikisahkan ; ketika Portugis bermaksud mendirikan benteng di Sunda Kelapa, kedatangannya disambut gempuran laskar Banten. Portugis terdesak dan menyingkir dari Sunda Kelapa. 


Banten kemudian diserahkan kepada putra keduanya, Hasanuddin th 1552. sejak itu Banten melepaskan diri dari Demak dan berdiri sebagai kerajaan yang merdeka. Sehingga Sultan Hasanuddin dianggap sebagai sultan yang pertama.

Sultan Hasanuddin memperluas wilayahnya sampai ke Lampung, yang terkenal sebagai pemasok lada terbesar waktu itu. Sehingga Banten mengalami perkembangan yang pesat dan dikenal sebagai pemasok lada. Th 1570 M, Sultan Hasanuddin wafat dan digantikan putranya Pangeran Yusuf (1570-1580 M).

Th 1579 M, Pangeran Yusuf menyerang Pajajaran, dalam pertempuran Raja Pajajaran Prabu Sedah tewas oleh pasukan sang pangeran. Dan sejak saat itu berakhirlah riwayat kerajaan Hindhu di Jawa Barat.

Th 1580 M Pangeran Yusuf digantikan oleh Maulana Muhammad Yusuf, ketika itu masih berusia 9 th. Karena belum dewasa, pemerintahan dijalankan oleh Mangkubumi Jaya Negara.

Maulana Muhammad Yusuf meninggal th 1595. ketika memimpin ekspedisi ke Palembang. Banten mulai surut karena kalah bersaing dengan VOC yang berkuasa di Batavia.

Penguasa berikutnya adalah Pangeran Ratu yang masih berusia 5 bulan, sambil menunggu sang pangeran dewasa, pemerintahaan dijalankan oleh Mangkubumi Ranamenggala.

Pangeran Ratu bergelar Kanjeng Ratu Banten. Berkuasa dari th 1596-1651 M. Pangeran Ratu mendapat gelar Abul Mufakir Mahmud Abdul Kadir, dari penguasa Mekkah, sejak itu raja-raja Banten memakai gelar dalam bahasa Arab.

Raja Banten kelima Sultan Abulfattah lebih dikenal sebagai Sultan Ageng Tirtayasa. Memerintah 1651-1682 M. Yang merupakan putra dari Sultan Abul Mufakir Mahmud Abdul Kadir.

Dibawah pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa, Kerajaan Banten mencapai masa keemasan. Kerajaan Banten mengalami kemunduran setelah wafatnya Sultan Ageng Tirtayasa.

Peninggalan kerajaan Banten ;

  1. Masjid Banten dengan ketinggian menara mencapai 30 meter. Dibangun oleh Sultan Yusuf th 1566 M.
  2. Keraton Surosowan, dalam bentuk benteng dank anal-kanal. Bagian kraton yang masih dapat dilihat adalah Loro Denok sebagai tempat penyimpanan harta pusaka sultan yang berada dibawah tanah.
  3. Benteng Speelwicjk. Pada awalnya adalah benteng Kasultanan Banten, setelah ditata dan dibangun kembali oleh Belanda, menjadi Speelwicjk.
  4. Meriam kuno Ki Amuk, bentuknya sangat besar. Terbuat dari perunggu, bertuliskan huruf Arab. Meriam ini terletak di Masjid Agung Banten.
  5. Pelabuhan Karang Hantu, terletak di teluk Banten. Pada abad ke 16, pelabuhan ini menjadi pusat perdagangan antara Sultan Banten dengan pedagang-pedagang Asing.
Kerajaan tertua di kawasan Maluku Utara adalah Jailolo disamping itu ada Kerajaan Ternate, Tidore dan Bacan. Menurut cerita rakyat Maluku, keempat kerajaan itu berasal dari satu turunan yaitu Jafar Sidik, seorang bangsa Arab.


Kerajaan Ternate dan Tidore 

Kerajaan Ternate merupakan kerajaan Islam yang terletak di Pulau Ternate, sebelah utara Pulau Tidore dan di sebelah barat Pulau Halmahera. Tepatnya di Kota Sampau, Maluku Utara.
Seperti Ternate, Kerajaan Tidore juga kerajaan Islam. Terletak di sebelah selatan Pulau Ternate, sebelah barat Pulau Halmahera. Raja yang terkenal adalah Sultan Mansur dan Sultan Nuku. Sultan Nuku berhasil meluaskan wilayahnya sampai ke Halmahera dan Papua.

Dahulu kala kepulauan Maluku terkenal sebagai daerah penghasil rmpah-rempah, terutama cengkeh dan pala yang terbesar di dunia. Rempah-rempah merupakan mata pencaharian yang sangat dibutuhkan bangsa Eropa karena disamping dapat dijadikan bahan penyedap masakan juga merupakan bahan obat-obatan. Oleh karena itu harga rempah-rempah sangat tinggi sehingga rakyat Maluku dapat hidup makmur. Kemajuan Ternate membuat kerajaan-kerajaan lain merasa cemburu dan berusaha merebut hagemoni/ pengaruh perdagangan rempah-rempah. Namun akhirnya mereka dapat mengakhiri persaingan dengan damai melalui perundingan di pulau Motir. Isi persetujuannya ; menetapkan Ternate sebagai kerajaan pertama, Jailolo, Tidore, dan Bacan sebagai kerajaan kedua, ketiga dan keempat.

Abad 15, perdagangan di pulau Maluku semakin ramai. Pedagang dari Jawa, Melayu, Arab, dan Cina datang ke Maluku untuk membeli rempah-rempah, mereka membawa beras, barang tenun, gading, pernik-pernik dan piring mangkok berwarna biru dari Cina, yang sangat dibutuhkan masyarakat Maluku, terutama beras.

Hubungan dagang Maluku dan Jawa sudah terbina sejak zaman Majapahit. Bandar-bandar Surabaya, Gresik dan Tuban, merupakan tempat para pedagang Maluku menjual rempah-rempah dan membeli barang yang mereka butuhkan. Hubungan dagang yang baik sangat berpengaruh bagi masuk dan berkembangnya agama Islam di Maluku. 

Dalam sejarah Ternate disebutkan Sultan Ternate yang pertama memeluk Islam adalah Zainal Abidin (1465-1500 M). Sebelumya bernama Gapi Buta dan setelah meninggal dunia ia dikenal dengan sebutan Sultan Marhum. Sedang Sultan Tidore yang pertama kali memeluk Islam adalah Cirililiyah berganti nama menjadi Sultan Jamaludin. Kemudian Raja Bacan dan Raja Jailolo.

Ketika Ternate dibawah pemerintahan Sultan Ben Acorala dan Tidore dibawah pemerintahan Sultan Almancor, keduanya berhasil mengangkat kerajaan menjadi negri yang kuat dan makmur, memiliki puluhan perahu kora-kora yang dipergunakan untuk berperang dan mengawal lautan yang menjadi wilayah perdagangan.

Di ibukota Ternate, Sampalu banyak didirikan rumah-rumah diatas tiang-tiang tinggi dan istana kerajaan dikelilingi dengan pagar. Kota Tidore dikelilingi dengan pagar tembok, parit, benteng, dan lubang perangkap sehingga sulit ditembus oleh musuh.

Kemajuan kedua kerajaan ini menimbulkan persaingan untuk menanamkan pengaruh atas wilayah sekitarnya. Abad 17, muncul dua persekutuan ;

  • Uli Lima yang dipimpin oleh Ternate dengan anggota Ambon, Obi, Bacan, dan Seram.
  • Uli Siwa dipimpin Tidore dengan anggota Makean, Halmahera, Kai, dan pulau-pulau lain hingga ke Papua bagian Barat.

Persaingan kedua Sultan itu dimanfaatkan oleh bangsa Portugis dan Spanyol yang berambisi untuk menancapkan kekuasaannya di Kepulauan Maluku. Kedua bangsa asing itu berusaha terus mengadu-domba, Ternate dibantu bangsa Spanyol dan Tidore dibantu bangsa Portugis.

1535-1570 M, Sultan Haerun menjadi raja di Kerajaan Ternate. Berhasil menguasai sebagian besar kepulauan Maluku dan Sulawesi Tengah. Wilayahnya meliputi ; Halmahera, Bacan, Obi, Pulau Sula, dan Gorontalo.

Portugis ingin menguasai Ternate, mencoba menekan dan menindas rakyat Ternate. Bahkan Sultan Haerun, dibunuh Portugis. Peristiwa ini membuat rakyat Ternate marah dan mengangkat senjata untuk melawan Portugis yang dianggap sebagai penjajah Ternate.

Perlawanan itu dipimpin oleh Sultan Baabullah, putra Sultan Haerun. Dalam pertempuran itu rakyat Ternate berhasil memukul mundur Portugis dari Ternate th 1575 M.

Kesultanan Ternate mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan Sultan Baabullah. Sedang kesultanan Tidore mencapai masa kejayaan pada masa pemerintahan Sultan Nuku.

Peninggalan-peninggalan Kerajaan Tidore ;

  1. Istana Sultan Ternate yang berdiri pada awal abad ke 18.
  2. Benteng Kerajaan Ternate yang dilengkapi meriam
  3. Masjid di Ternate yang merupakan peninggalan raja Ternate.
  4. Bekas Kraton peninggalan Kerajaan Ternate
  5. Benda/barang peninggalan raja-raja Ternate

Peninggalan Kerajaan Tidore ;

  1. Benteng-benteng peninggalan Portugis, Spanyol dan Belanda di Tidore
  2. Peninggalan Kerajaan Tidore
  3. Benda-benda bersejarah di Tidore. 
 
 
Kerajaan Makasar

Suku bangsa Bugis mendirikan Kerajaan Lawu, Bone, Soppeng, dan Wajo. Raja-raja Makasar bergelar Karaeng dan raja-raja suku Bugis bergelar Aru (Arung).

Kerajaan-kerajaan itu berusaha menaklukkan satu sama lainnya. Misalnya ; Kerajaan Lawu mulai ekspansi ke Kerajaan Sidenreng dan berlanjut ke Kerajaan Bone.

Dalam pertempuran antara Lawu dan Bone, Rajadewa (Lawu) harus mengakui keunggulan Raja Arumpone (Bone). Rajadewa dipaksa menandatangani perjanjian Polo Malelae di Unnyi. Sejak itu kedudukan Lawu tergeser oleh Bone dalam percaturan politik di Sulawesi Selatan.

Kerajaan Bone terdiri 7 kerajaan kecil ; Ujung, Tibojong, Ta, Tanete Riattang, Tanete Riawang, Ponceng, dan Macege. Setiap kerajaan kecil dipimpin oleh seorang Matoa / Daeng Kalula. Pada masa pemerintahan La Tenrusikki dan La Wulio Butee, Bone bekerjasama dengan Gowa-Tallo.

Semula kerajaan Gowa terdiri dari 9 kerajaan kecil ; Tombolo, Lakiung, Parang-parang, Data, Agengjane, Saumats, Bissei, Sero dan Kalli. Pada masa pemerintahan Tumaparisi-Kallona, Gowa disatukan dengan Tallo yang diperintah oleh Tunipasuruk pada pertengahan abad ke 15 M. Kelebihan masing-masing kerajaan menjadi modal utama dalam membesarkan Kerajaan Gowa-Tallo. Gowaa memberikan sumbangan dengan kehebatan militernya sedang Tallo dalam bidang administrasi pemerintahan dan kemampuan dalam menjalin hubungan dagang dengan para pedagang asing. Suku bangsa Makasar mendirikan Kerajaan Gowa dan Tallo. Kerajaan ini merupakan kerajaan kembar yang bersatu, Gowa-Tallo biasa disebut Kerajaan Makasar yang terletak di Sombaopu, Makasar, Sulawesi Selatan.

Kerajaan Makasar melancarkan ekspasi ke wilayah sekitarnya, seperti ; Siang, Bone, Suppa, dan Sawitto dapat ditundukkan. Namun Kerajaan Bone bangkit kembali untuk menentang. Th 1528 M, Bone membentuk persekutuan dengan Kerajaan Wajo dan Kerajaan Soppeng. Persekutuan yang diikrarkan di desa Bunne diberi nama Tellumpocco : Bone diakui sebagai saudara tua, Wajo sebagai saudara tengah dan Soppeng saudara bungsu.

Abad 16 M, pedagang muslim telah menjalin kerjasama dengan pedagang Sulawesi Selatan, juga beberapa ulama dari Sumatra Barat.Beberapa ulama dari Sumatera Barat seperti ; Datok ri Bandang, Datok Sulaiman, & Datok ri Tiro datang ke Sulawesi Selatan menyiarkan agama Islam.

Th 1605, Raja Daeng Manrabbia (Gowa) telah memeluk Islam dan bergelar Sultan Alauddin. Karaeng Matoraya (Raja Tallo yang merangkap mangkubumi Gowa) mendapat gelar Sultan Abdullah Awalul Islam. Sejak saat itu Kerajaan Mataram Islam berusaha menyiarkan agama Islam ke seluruh wilayah kerajaan-kerajaan kecil di Sulawesi Selatan. Usaha ini ditentang oleh persekutuan Tellupocco.

Namun, persekutuan berhasil dikalahkan Kerajaan Makasar. Soppeng ditundukkan th 1609, Wajo th 1610 dan Bone th 1611. akhirnya ketiga suku bangsa Bugis itu memeluk agama Islam. Meski telah dikalahkan, ketiga kerajaan itu tetap diizinkan mempertahankan persekutuan Tellupocco.

Suku Makasar dan Bugis dikenal sebagai pelaut yang ulung, sehingga para pedagang merasa nyaman mendapat jaminan ke-amanan dari kedua suku bangsa tersebut. Barang dagangan tersedia cukup banyak, terutama rempah-rempah dari Maluku. Ini membuat kemajuan Kerajaan Makasar berkembang pesat.

Sultan Alaudin wafat th 1638, tahta digantikan putranya Sultan Muhammad Said th 1638-1653 M, di masa pemerintahannya Makasar mengalami kejayaan. Setelah Sultan Muhammad Said wafat, putranya bernama Sultan Hasanuddin th 1653-1669 M.

Pada masa pemerintahan Sultan Hasanuddin, Kerajaan Gowa berhasil mencapai puncak kejayaannya, wilayah Makasar telah sampai pulau Solor di Nusa Tenggara

Namun kemakmuran rakyat diganggu dengan Belanda yang berusaha memonopoli perdagangan dan menguasai perairan Nusantara.

Sultan Hasanuddin dengan gagah berani melawan Belanda. Kegigihan beliau membuat orang-orang Belanda kewalahan dan menjuluki beliau De Haan van de Oosten yang berarti Ayam Jantan dari Timur.

Peninggalan Kerajaan Gowa ; Istana tua dari kayu yang dijadikan museum Ballompua, di istana ini tersimpan senjata dan pakaian kerajaan juga mahkota berlapis emas seberat 15,4 kg, Benda-benda bersejarah lain. Makam Pahlawan Sultan Hasanuddin. Benteng Ujung Pandang yang merupakan bangunan bekas benteng Fort Rotterdam pada zaman penjajahan.



Kerajaan Banjar

Kesultanan Banjar adalah kerajaan Islam di pulau Kalimantan Selatan. Penguasanya adalah Pangeran Samudra, setelah memeluk Islam bergelar Sultan Suryanullah. Dibawah kepemimpinanya Kerajaan Banjar terus berkembang, daerah-daerahnya meliputi Sukadana, Kota Waringin dan Rawei.

Selain Kerajaan Banjar, ada 2 kerajaan lain ; Sambas dan Pontianak. Th 1819 M, Sambas dan Pontianak telah menyerahkan kekuasaannya kepada pemerintah Hindia Belanda, sultan-sultan yang memerintah mengikuti aturan-aturan yang dibuat pemerintah Hindia Belanda.

Th 1826 M kekuasaan Sultan dibatasi Belanda. Pengangkatan Sultan dan mangkubumi harus mendapat persetujuan Belanda.

Th 1854 M, wilyah Kerajaan Benjar yang meliputi seluruh wilayah Kalimantan Selatan, Kota Waringin, sampai Pulau Laut dipersempit

dipersempit setelah adanya perjanjian antara Sultan Adam dengan pihak Belanda. Isinya; wilayah Banjar bagian barat dibatasi oleh sungai Banjar (anak sungai Barito), bagian timur dibatasi Pegunungan Moratus, dan sebelah selatan dibatasi Gunung Pamatung.

Sultan Adam, sangat dicintai rakyatnya. Diusianya yang lanjut, ketika hendak manjadikan putranya sebagai pengantinya, ditolak Belanda. Begitu juga ketika mencalonkan cucunya, Pangeran Hidayatullah, Belanda juga menolaknya dan mengangkat saudaranya Tamjid Illahi untuk naik tahta dan Hidayatullah sebagai mangkubumi. Putra Sultan Adam sendiri diasingkan.

Rakyat menghendaki Pangeran Hidayatullah yang sesungguhnya lebih berhak menduduki tahta. Kemudian siasat Tamjid Illahi merusak tambang batu-bara diketahui Belanda, menurunkan Tamjid Illahi dari tahta dan daerah Kesultanan dimasukan ke daerah Belanda. ini menimbulkan kemarahan Pangeran Hidayatullah.

Belanda berusaha menyelesaikan dengan kekerasan, akibatnya perlawanan rakyat mulai berkibar di th 1859 dibawah pimpinan Pangeran Hidayatullah. Namun sang pangeran tak lama memimpin, karena beberapa tahun kemudian ditangkap Belanda dan diasingkan ke Cianjur.

Perlawanan tetap diteruskan dibawah pimpinan Pangeran Antasari, atas keberhasilannya beliau diangkat sebagai pemimpin agama tertinggi dengan gelar Panembahan Amiruddin Khalifatul Mukminin. wafat tgl 11 Oktober 1862.

Wilayah Kalimantan dipertahankan mati-matian dengan semangat yang berkobar sampai tahun 1863. perlawanan tersebut dikenal dengan Perang Banjar.



Kerajaan di Bali

Sekitar pertengahan Abad 19 M di Bali terdapat beberapa kerajaan kecil yang masing-masing mempunyai raja dan pemerintahan sendiri. Diantaranya ;

  • Kerajaan Buleleng, terletak di pantai utara Pulau Bali. Wilayahnya memanjang dari Tanjung Pasir sampai Tanyar (sebelah timur laut Gunung Batur).
  • Kerajaan Karang Asem, terletak sebelah timur Pulau Bali.
  • Kerajaan Klungkung dan Gianyar. Keduanya terletak di sebelah tenggara Jimbaran, Tabanan dan Mengwi. Dibagian barat daya Pulau Bali.
  • Kerajaan Bangli, di bagian tengah P. Bali.

Diantara kerajaan-kerajaan kecil itu, Raja Dewa Agung dari Kerajaan Klungkung dianggap raja yang memiliki kedudukan paling tinggi dan diakui sebagai pimpinan agama di Bali.

Daerah kekuasaan tiap kerajaan dibagi dalam wilayah yang masing-masing dikepalai seorang raja bawahan (Pamadae) yang berasal dari keluarga raja. Wilayah satu dengan lainnya dibatasi kenampakan-kenampakan alam, seperti; sungai, bukit dan gunung.

Kepercayaan masyarakat Bali menganut agama Hindhu. Penggolongan masyarakatnya terdiri dari kasta-kasta ;

õKasta Brahmana (catur warna). Terdiri dari dua; Brahmana Syiwa dan Brahmana Buda. Keturunan Brahmana selanjutnya memakai gelar Ida. Jika anak lahir dari istri keturunan Brahmana memakai gelar Ida Bagus (untuk anak laki-laki) Ida Ayu (untuk anak perempuan). Jika urutan kelahiran, keturunan Brahmana menggunakan sebutan Ida Wayan (anak pertama), Ida Nyoman (anak kedua), Ida Made (ke 3), Ida Ketut (ke 4).

  • Kasta Ksatria (catur wangsa), terdiri dari para raja dan bangsawan serta keturunannya.
  • Kasta Waisya (catur janna), mencakup para petani terhormat dan para seniman.
  • Kasta Sudra mencakup petani kecil, buruh tani, pedagang kecil dan nelayan.

Leave a Reply

SIlahkan berkomentar atau berdikusi disini.

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

- Copyright © 2013 HIMAPPTA - Shiroi - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -


Published By Btemplateseo