Archive for April 2016

 
Habis gelap terbitlah terang. 

Bangkitlah, wanita Indonesia.
Dengan segenap jiwa, raga,
Harumkan nama bangsa.
Dengan senyumanmu, tawamu,
Bangkitkan negeri dengan haru.

Selamat Hari Kartini

Posted by : HIMAPPTA
April 21, 2016
1 Comment
Berikut merupakan lanjutan Cerbung "Dibalik Dunia Remaja" karya Syaalma D.Q

Belum baca episode 1? Baca episode 1 Disini.


 Episode 5

“Lalu.. Apakah karena orang yang ia suka?” tanyaku mengira-ngira.
Kali ini dia kembali mengangguk, “Orang yang dia sukai adalah kakak kelas, dan sangat mirip seperti orang yang tadi kau temui. Elika sangat menyukainya, tapi karena ia adalah orang yang pemalu, ia hanya bisa bercerita padaku dan memperhatikannya dari jauh. Ternyata orang yang dia sukai menyukaiku, Elika tidak marah, ia menganggap itu hal yang wajar. Namun aku berjanji padanya bahwa aku tak akan pernah menyukainya, dan tak akan mengkhianati sahabatku. Anehnya, orang itu selalu saja berusaha mendekatiku dan membuatku mulai merasa nyaman padanya walau hanya sebatas teman, sampai pada suatu waktu dia menyatakan perasaannya padaku. Saat itu Elika melihatku dan mengira aku menerimanya, itu tidak mungkin. Elika bilang ia percaya padaku walau saat itu ia mulai menjaga jarak dariku, namun orang itu malah berkata sebaliknya dan membuat hubungan kami merenggang. Semenjak itu Elika mulai menerima semua ucapan membanding-bandingkan bahkan ucapan yang bukan fakta. Ia menjauhiku dan …..” jelasnya dengan suara yang makin menghilang, lalu sebulir air dari matanya jatuh dan membasahi pipinya.
“Boleh aku tahu siapa nama orang itu?” tanyaku pelan
“Aku melupakannya, aku tak mau lagi mengenal orang itu.. aku hanya ingat memanggilnya kakak.” Jawabnya pelan.
“Chi, aku yakin suatu saat kau akan bertemu dengan Elika. Kuharap kalian dapat kembali berbaikan, bila Elika benar-benar sahabatmu maka saat ini ia akan menyesal dan ingin mendengarkan apa yang akan kau katakan.” Ucapku lalu mengelus pelan punggungnya.
“Semoga..”
***
Mendengar cerita Chiara kemarin, aku semakin berharap untuk tidak menyukai Favian. Namun semakin kutekan perasaan ini, ia semakin memberontak dan memaksaku untuk jujur.
“Avila-chan?”
“Hei, kenapa kau memanggilku aneh seperti itu?!” ucapku kaget melihat tingkah Favian yang mulai ramah dari kemarin.
“Aku hanya mencoba memanggilmu seperti di Jepang. Dan ternyata responmu buruk. Dasar perempuan jutek.” Ucapnya lalu kembali menekuni buku di tangannya. Entah kenapa tersungging seulas senyum tipis di wajahku, sepertinya lebih baik melihatnya yang seperti ini.
“Hei, sejujurnya aku masih penasaran dengan kakakmu. Ayolah, beri tahu aku.. sepertinya kakakmu orang yang menyenangkan!” ucapku lalu mencoba menatap matanya.
“Tentu saja, kakakku adalah seseorang yang sangat baik dan menyenangkan. Ia..” ucapannya kembali terhenti seperti saat itu.
“Ayolah lanjutkan! Atau mungkin kau sudah bercerita pada Chiara?” tanyaku spontan.
“Aku belum pernah bercerita pada siapapun. Dan takkan pernah!” jawabnya lalu beranjak meninggalkanku.
“Avila!” sebuah suaradari belakang mejaku terdengar nyaring dan ramah.
“Sepertinya kau sangat dekat dengan teman sebangkumu.” Ucapnya lalu tersenyum simpul.
“Tidak mungkin. Ada apa tiba-tiba kau memanggilku?” tanyaku
“Tidak, hanya saja aku ingin mencoba lebih dekat denganmu.” Jawabnya dengan suara dilembut-lembutkan. Aku rasa Firda mulai terlihat aneh.
“Emm, bolehkah aku bertanya sesuatu?” tanyaku pelan
“Tentu saja.” Jawabnya masih dengan senyum riangnya
“Pertanyaanku yang waktu itu belum kau jawab. Mengenai kehidupanmu..” ucapku pelan masih tetap memperhatikan raut wajahnya.
“Maaf, tapi aku belum dapat menceritakannya.” Jawabnya dengan nada menyesal. Namun reaksinya berbeda dengan saat itu, kini ia terlihat biasa saja tanpa raut terkejut. “Kalau begitu, nanti kita mengobrol lagi ya!” ucapnya lalu berjalan menjauhiku.
***
Sepertinya hari ini guru-guru merasa sangat bersemangat, hingga tak satu pun terlihat absen dan tak mengajar di kelas kami. Huft.. melelahkan!
“Hai! Avi.. emm.. Avila! Ya, hai Avila!” seseorang yang berada di ujung pandangku terlihat melambaikan tangannya. Segera kusipitkan mataku mencoba untuk lebih fokus.
“Kak Alana?” tanpa sadar, ternyata orang yang kumaksud sudah berjalan mendekatiku.
“Hai, rupanya kita bertemu lagi.. kebetulan sekali!” ucapnya lalu tersenyum ramah
“Emm, ya! Kebetulan!” suaraku terdengar gugup.
“Avila!” lagi-lagi sebuah suara memanggilku dari kejauhan. Segera kutoleh ke belakang dan kudapati Chiara berlari kecil mendekatiku.
“Kau ini.. kucari kekelasmu katanya kau sudah pulang. Ternyata sedang asyik mengobrol dengan…” ucapannya terputus melihat seseorang yang tersenyum di balik punggungku.
“Hai! Temannya Avila?” tanya kak Alana ramah.
“Emm. Namaku Chiara.” Jawab Chiara sambil mengangguk.
“Oya Chi, bukankah kau mau masuk klub majalah sekolah? Aku sudah bilang dengan kak Diah. Ayo! Maaf ya kak, kami duluan!” ucapku segera menarik tangan Chiara menuju ruang klub. Entah mengapa aku merasa ada yang aneh saat kak Alana menatap Chiara.
“Chi-chan!” lagi-lagi sebuah suara, tapi yang dipanggil adalah Chiara bukan aku.
“Favian-kun! Apa yang sedang kau lakukan? Belum pulang?” tanya Chiara cepat setelah mengetahui siapa yang memanggilnya.
“Baru saja berniat pulang. Dan kau bersama si judes itu?” tanyanya sekilas melirikku lalu kembali tersenyum ramah pada Chiara.
“Ingin ke ruang klub majalah sekolah.” Jawab Chira tersenyum manis.
“Sepertinya kita akan terlambat kalau tidak segera. Ayo Chiara!” ucapku lalu berjalan mendahului Chiara tanpa menyapa makhluk menyebalkan itu.
“Sepertinya kau sangat terburu-buru. Lihatlah, bahkan kak Diah baru saja lewat di depan kita.” Ucap Chiara saat kami sudah hampir sampai.
“Kau tahu, kak Diah adalah senior yang cukup disiplin. Jadi kita tidak boleh terlambat.” Jawabku seraya menarik tangannya.
“Avila! Tumben sekali kau terlambat. Dan.. apakah itu orang yang kau maksud?” Sambut kak Diah begitu aku membuka pintu. Belum sempat kujawab, kak Diah langsung melanjutkan, “Sepertinya hari ini kita kedatangan 2 anggota baru.” Ucap kak Diah gembira.
Aku dan Chiara yang sama-sama kaget saling berpandangan heran. “Boleh ku..” belum sempat kuhabiskan perkataan, kak Diah langsung memotong dan menyuruhku duduk.
“Baiklah, Chiara silahkan perkenalkan dirimu.” Ucap kak Diah mempersilahkan.
Perkenalannya diiringi dengan senyum manis kepada seluruh anggota klub, namun ekspresinya berubah saat menatap kearahku. Ada apa dengannya?
“Ada apa Chi?” tanyaku saat Chiara sudah duduk di sampingku.
“Orang yang duduk di belakangmu..” jawabnya lalu menunduk. Saat kutoleh ke belakang, orang yang Chiara maksud sudah berjalan ke depan. Anak baru?
“Namaku Elika Gayatri, berarti kekauatan yang disucikan tuhan. Mungkin kalian tidak pernah melihatku, ya.. aku memang baru pindah ke sini. Tepatnya pindahan dari Bandung. Dari dulu karena perkerjaan ayahku, kami jadi sering berpindah-pindah.” Anak itu terdengar riang dan menyenangkan. Dengan bantuan wajahnya yang cantik, ia akan mudah bergaul disini.
“Ada apa dengan anak itu? Jangan-jangan itu.. Elika temanmu?” ucapku kaget tak percaya dengan apa yang kulihat. Chiara hanya mengangguk. “Tapi, bukankah kau bilang dia anak yang pendiam dan pemalu? Ini sangat berbeda dengan yang kau gambarkan!” ucapku masih tak percaya.
“Entahlah, aku pun tak percaya dengan apa yang kulihat.” Jawabnya pelan.
“Apakah wajah dan namanya sangat persis?” tanyaku lagi.
“Semuanya sama, hanya kepribadiannya yang berbeda dengan yang kukenal.” Jawabnya setelah kembali menatap sekilas ke arah orang yang kami bicarakan.
***
Petemuan kemarin tidak berlangsung lama, hanya perkenalan dan pembahasan agenda ke depan. Elika yang kami lihat kemarin sangat berbeda dengan apa yang Chiara kenal. Dan sepertinya ia terlihat seperti tidak mengenal Chiara, ia hanya tersenyum dan berbicara sewajarnya. Hingga kini, Chiara terlihat berbeda dari biasanya, walau sudah berusaha ia terlihat seperti saat pertama kali aku mengenalnya.
“Sepertinya temanmu sedang ada masalah.” Tiba-tiba saja Favian menatapku lekat.
“Apa urusannya denganmu?” tanyaku ketus.
“Berhentilah bersikap jutek. Kau tahu, 87% wanita disukai karena kelembutannya.” Jawab Favian lalu mengeluarkan buku dari tasnya.
“Aku tidak mau tahu.” Jawabku tanpa melihatnya.
“Ya Tuhan, ternyata di dunia ini masih ada saja spesies perempuan keras kepala sepertimu.” Ucapnya lalu mulai membuka buku di tangannya.
“Dasar menyebalkan!” ucapku lalu beranjak dari tempat dudukku. Namun, aku merasa ada sesuatu yang menarik tanganku.
“Entah apa alasannya, sepertinya kau mulai menghindar dariku.” Ucapnya sambil menahan tanganku. Apakah sejelas itu sikapku sekarang?
“Aku tidak pernah menghindarimu. Lagipula kau yang selalu menjauh setiap kali aku bertanya tentang kehidupanmu!” jawabku tanpa menoleh ke arahnya. Namun pegangan tangannya sudah melepas. Ya Tuhan Avila.. apa yang kau katakan?! Rasanya mulut ini tidak mau diajak berkompromi.
“Ya kau benar. Maaf.” Ekspresinya berubah, ia lalu kembali berkutat pada buku di mejanya.
“Sebenarnya ada apa denganmu? Apa yang sebenarnya kau sembunyikan?” tanyaku menatap lekat ke arahnya.
“Jangan terlalu dekat denganku.” Jawabnya datar. Orang ini! Ada apa sih sebenarnya?!
***
Menyebalkan menyebalkan menyebalkan!!! Orang itu benar-benar aneh dan sulit dimengerti. Mengapa dia selalu bersikap sok misterius begitu? Apakah janganjangan dia adalah alien yang hidup beratus-ratus tahun yang lalu dan tidak mau rahasianya diketahui orang lain? Tidak mungkin kan! Tanpa sadar kugelengkan kepalaku kuat-kuat.
“Hei, apa yang terjadi? Apakah kau sakit?” sebuah suara di depanku sontak menghentikan laju kakiku.
“Kak.. Alana? Emm tidak, aku hanya mencari sesuatu yang terjatuh.” Jawabku gugup begitu menyadari siapa orang yang menyapaku.
“Lalu kenapa kau menggelengkan kepala?” tanyanya lagi dengan senyumnya yang manis.
“Emm, aku hanya.. pusing! Ya, aku sedang pusing.” Kuyakin mimik wajahku sekarang terlihat konyol dan memalukan.
“Kau memang orang yang menarik.” Ujarnya tiba-tiba membuat wajahku memanas.
“Apa?”
“Kau orang yang menarik. Sudah dulu ya, ada yang harus kulakukan. Sampai jumpa!” ucapnya lalu berjalan meninggalkanku.
Ada apa dengan semua laki-laki yang kutemui hari ini? Mereka semua aneh dan terasa cukup mengerikan.
Bingung menentukan tujuan, satu-satunya ilham yang kudapatkan adalah ke perpustakaan. Sepertinya lebih cocok dibilang kebiasaan daripada ilham. Kulihat ada seorang relawan perpustakaan baru yang tak kukenal. Tunggu, bukankah itu..
“Kau.. emm Avila.. ya, Avila bukan?” orang yang berdiri di depanku ini sontak tersenyum dan terlihat girang.
“Dan kau.. Elika Gayatri?” bukannya menjawab, spontan aku balik bertanya.
“Ya, salam kenal. Di pertemuan mading kita belum sempat mengobrol banyak bukan?” jawabnya sambil tersenyum ramah. Semakin aku melihatnya, aku tidak percaya bahwa ini adalah Elika yang Chiara kenal.
“Ada banyak yang ingin kutanyakan denganmu, mau mengobrol?”
“Tapi aku sedang tugas..”
“Disini saja tidak apa, bagaimana?”
“Sepertinya kau sangat penasaran terhadapku. Baiklah, apa yang ingin kau tanyakan?”
“Apakah kau mengenal—“ belum sempat kuhabiskan kalimatku, ada sebuah suara yang memanggilku.
“Avila! ternyata kau disini.. kau tahu, ini bukan waktunya istirahat. Ayo cepat, kau dipanggil pak Rama!” Ucap Favian sambil menarik tanganku keluar ruangan.
“Iya iya, aku bisa sendiri!” jawabku sambil melepaskan tangannya pada pergelangan tanganku.
“Kau..” tiba-tiba Elika mendekati kami dan menatap lekat Favian.
“Apakah kau mengenalku?” tanya Favian bingung.
“Maaf, aku salah orang.” jawabnya pelan. masih terlihat sedikit raut wajah terkejut darinya.
“Elika maaf, aku harus cepat. Nanti kita mengobrol lagi ya!” ucapku lalu bergegas meninggalkannya yang hanya tersenyum dan melambai.
Ada yang aneh dengan Elika tadi, saat bertemu Favian tiba-tiba saja ekspresinya berubah. Ia terlihat kaget dan tak percaya. Apakah ia mengenal Favian?
“Hei, sepertinya dia mengenalmu.” ucapku setelah sedikit jauh dari perpustakaan.
“Tapi aku tidak mengenalnya.” jawabnya ketus.
“Benarkah? tapi dia sepertinya benar-benar mengenalmu. Cobalah ingat-ingat mungkin kau pernah bertemu dengannya di jalan atau di tempat tinggalmu dulu. Elika bilang, keluarganya sering berpindah-pindah.” sesaat Favian terlihat kaget saat aku menyebutkan tempat tinggal.
“Ya, akan kuingat-ingat.” jawabnya masih ketus sambil berlalu mendahuluiku.
***
“Wah, Avila sekarang sudah mulai berani ya!” tiba-tiba Firda sudah berdiri di sebelahku dengan senyum meggoda.
“Apa maksudmu?” tanyaku bingung
“Bukankah tadi kau dan Favian berpegangan tangan?” ucapnya masih dengan senyum menggoda. Ya, tadi dia menarikku untuk bergegas, bukan memegang tanganku dengan sengaja!
“Kau salah paham.” jawabku singkat lalu mencoba menuju bangkuku. Kulihat tiba-tiba Firda menundukkan kepala dan ekspresi wajahnya berubah.
“Apakah aku berbicara aneh?” tanyanya pelan, kini aku seperti melihat Firda untuk pertama kalinya.
“Mungkin, ada apa denganmu? apakah kau tidak mengingat apa yang kau ucapkan tadi?” tanyaku makin bingung.
“Sebenarnya—“ belum selesai kalimatnya, Mala sudah buru-buru menarik Firda menjauhiku.
“Nanti kita mengobrol lagi!” ucap Firda pelan sambil berjalan mengikuti Mala.
Belum sempat duduk di bangkuku, sudah ada sebuah suara lagi yang memanggilku, “Avila, dicariin Chiara!” panggil Chika sabmil lalu.
“Ada apa Chi?” tanyaku setelah mendekati Chiara
“Tidak, aku hanya ingin mengembalikan novel yang kemarin kupinjam.” jawabnya sambil menyerahkan sebuah buku kepadaku.
“Kenapa tidak nanti saja, bukankah bisa sepulang sekolah? Ayo masuk dulu!” ajakku tersenyum ramah.
“Tidak usah aku buru-buru. Emm, nanti kau pulang duluan saja, ada hal yang harus kukerjakan.” ucapnya terlihat memaksakan senyum.
“Aku bisa menunggumu.”
“Tidak perlu, emm.. mungkin aku akan pulang sore. Kau duluan saja nanti. Sudah ya!” jawabnya cepat lalu berlari meninggalkan kelasku.Ada apa sih sebenarnya? Kenapa semua orang hari ini terlihat begitu aneh dan sedikit mengerikan.
***


Baca cerita lainnya atau baca kelanjutan cerita ini, klik disini.

Cerbung "Dibalik Dunia Remaja" Episode 5

Posted by : HIMAPPTA
April 20, 2016
1 Comment
Tanggal 28 April 2016 kita akan melakukan sosialisasi di SMAN 1 TALANGPADANG
Yang juga pada saat itu , Insyaalllah KPU akan ikut serta. Juga akan ada klub otaku yang ikut melengkapi.
Bagi yang berminat, info lebih lanjut menyusul oleh Ketum.
Biasakan aktif belajar peduli berbagi informasi (kalau bukan kamu, mungkin yang lain)

trims
Pengurus HIMAPPTA
(Disunting dan dirapikan oleh pengurus blog)

Sosialisasi ke SMA Negeri 1 Talangpadang

Posted by : HIMAPPTA
April 19, 2016
2 Comments

- Copyright © 2013 HIMAPPTA - Shiroi - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -


Published By Btemplateseo